Gempa bumi berkekuatan 7,5 skala richter terjadi di Kepulauan Solomon pada Minggu 13 April 2014, pukul 19.36 WIB. Menurut berbagai kajian dan analisa dilansir bahwa kejadian tersebut tidak berdampak ke Indonesia. Selaku pemegang kewenangan penyampaian informasi mengenai peringatan dini tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun tidak menyebarkan informasi peringatan dini ke masyarakat Indonesia.
Menurut Peneliti dari Balai Pengkajian dan Dinamika Pantai (BPDP-BPPT), Widjo Kongko, gempa di Kepulauan Solomon menyebabkan runtuhan patahan dengan luasan 85x30 kilometer dan slip 3 meter. Dan, energi yang dikeluarkan dari gempa itu setara 200 kali bom atom Hiroshima (pada 1945).
"Tsunami yang terjadi di sekitar pusat gempa itu akan berketinggian 50 sampai 60 sentimeter. Itu terjadi karena terjadinya pergeseran dasar lautan. Kemungkinan tsunami juga akan sampai di Papua dengan ketinggian 1-3 cm, setelah lima jam dari gempa. Tapi, ketinggian tsunami yang tiba di Papua termasuk golongan kecil sekali sehingga tidak perlu dikhawatirkan," tutup Widjo.
Sebagai informasi Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan berdasarkan hasil analisis dari BMKG, tsunami tersebut tidak berdampak hingga wilayah Indonesia.
"Walaupun Pacific Tsunami Warning Center (PTWC) memberikan informasi bahwa gempa tersebut kemungkinan berdampak menimbulkan tsunami lokal di sekitar pusat gempa yaitu Solomon, Vanuatu, dan Papua New Guinea. Namun, masyarakat di Indonesia dihimbau tenang dan tidak perlu panik," kata Sutopo, (14/4).
Sutopo menambahkan, BMKG dan BNPB akan selalu menyampaikan informasi terkait gempa bumi dan tsunami secara resmi. "Gempa bumi tidak bisa diprediksi. Namun, BMKG mampu menyampaikan info gempa dan prediksi tsunami lima menit setelah kejadian gempa bumi," tegasnya. (tw/SYRA/Humas)